SULUT, identitasnews.id – Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu sayuran yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara. Pembudidayaan tanaman cabai memiliki resiko yang cukup tinggi akibat serangan hama dan penyakit yang menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi cabai. Namun, para petani masih mengandalkan pestisida sintetik dalam mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman. Para petani juga masih menggunakan pupuk kimia untuk meningkatkan produktivitas tanaman.
Menanggapi hal tersebut, tiga mahasiswa (Ardelia Qonita, Dwina Christianti dan Krista Sitorus) dari Fakultas MIPA, Universitas Sam Ratulangi melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan Iptek (PKM-PI) berupaya untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetik dan pupuk kimia pada masyarakat petani. Di bawah bimbingan Dr. Parluhutan Siahaan mereka mengadakan penyuluhan dan pelatihan perbanyakan massal Trichoderma sp. pada media beras bagi Kelompok Tani Sombor Wanua Talumengan yang terletak di Desa Kakaskasen III, Kelurahan Tomohon Utara, Kabupaten Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara.
Penyuluhan dan pelatihan dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2022. Kegiatan yang dilaksanakan berupa penyuluhan tentang dampak buruk penggunaan pestisida sintetik dan pupuk kimia, serta penyuluhan tentang manfaat Trichoderma sp. bagi tanaman hortikultura. Kegiatan lain yang dilaksanakan adalah pelatihan perbanyakan massal Trichoderma sp. pada media beras kepada anggota Kelompok Tani Sombor Wanua Talumengan.
Kegiatan penyuluhan dan pelatihan ini diikuti oleh seluruh anggota kelompok tani sebanyak 13 orang. Para petani mengikuti kegiatan dengan antusias dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Setelah dilaksanakan penyuluhan dan pelatihan, diadakan kegiatan implementasi hasil perbanyakan massal Trichoderma sp. pada media beras pada tanggal 14 Agustus 2022. Para petani diajarkan cara mengaplikasikan APH padat Trichoderma sp. pada tanaman cabai yang terserang penyakit layu.
Setelah dilakukan kegiatan ini, banyak pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan oleh anggota kelompok tani.
“Setelah melakukan aplikasi Trichoderma terjadi perubahan pada tanaman cabai saya, Batangnya menjadi kokoh, pertumbuhannya lebih cepat, dan buahnya tumbuh lebih banyak. Penggunaan pupuk kimia juga berkurang setelah menggunakan Trichoderma,” ucap Harianto Melki Pangkey sebagai ketua Kelompok Tani Sombor Wanua Talumengan.
Hal yang sama juga diharapkan oleh Ardelia, Para petani berharap dengan menggunakan Trichoderma sp. sebagai pupuk hayati, para petani dapat mengurangi biaya produksi untuk pembelian pupuk kimia dan pestisida sintetik.
“Kami berharap dengan menggunakan Trichoderma sp. sebagai alternatif pupuk kimia, para petani mitra dapat mengurangi pembelian pestisida sintetik dan pupuk kimia. Selain itu, dengan memproduksi dan menjual produk Trichoderma sp. kepada masyarakat sekitar, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani mitra,” tutup Ardelia Qonita Santoso selaku ketua tim PKM. (ver/red)