“Life is limited by time We are not always strong And we don’t live forever”
(Hidup dibatasi oleh waktu Kita tidak selalu kuat, dan kita tidak bisa hidup selamanya)
Pagi itu gelap surya tertutup abu vulkanik gunung ruang (selasa 30 April 2024)
Tiba-tiba dalam keredupan langit di pagi hari, hati yang tenang, terhentak, merobek hati Keluarga besar “Barama Luntungan-Rumengan”.
Berita menggelegar, tak percaya tapi nyata, seakan tak terjawab.
Anak, adik, kekasih “Mega Putri Barama”, putri tunggal dari Dr Michael Barama SH (ahli hukum pidana) telah dipanggil pulang oleh ‘sang pemilik kedaulatan hidup’ untuk selama-lamanya.
Isak tangis pun ta’ tertahankan dari keluarga teman handai tolan ta’ terputus-putusnya
Mega’ panggilan akrab dari Mega Putri Barama SH, dikenal sebagai sosok yang dicintai keluarga dan teman-temannya
Menurut salah satu teman dekatnya saat berbincang-bincang di tempat Pemulasaran jenazah RS Bhayangkara manado, mengatakan “Om bae-bae sekali dia kasiang ndak pernah mengeluh apalagi menyusahkan orang (teman) dia suka membagi patorang, kata gadis cantik dengan dialek manado, sambil menangis berteriak histeris.
Gadis kelahiran 31 Agustus 1993 di mata kakaknya merupakan sosok mandiri, pendiam dan tidak suka mengeluh apalagi meminta.
Gadis blasteran “Sangihe Tonsea” ini sebelum di panggil Al-Khāliq ‘Allah Maha Pencipta’, sementara menyelesaikan pendidikan S2 semester akhir untuk meraih Magister Kenotariatan di Universitas Jayabaya Jakarta.
Dia pergi seketika dan menyisakan kenangan, bagi orang-orang yang mencintainya.
Bak’ syair lagu “Kapan lagi kita ‘kan bercanda ?Kapan lagi bermanja? Kapan lagi nyanyi bersama lagi? Kapan ooh kapan lagi”?
Human life can be long or short depending on God.
Rest in peace, Mega Putri Barama. With a heavy heart, I wish to give my sincere condolences to you and your family.”
from: efraim lengkong and family.