Catatan : efraim lengkong
Diusia ke 17 tahun (sweet seventeen) Kabupaten Minahasa Utara (Minut) bak anak gadis yang lagi memasuki fase remaja ke dewasa. Seorang anak apabila sudah berusia 18 tahun disebut dewasa, berarti sudah dapat bertanggung jawab secara hukum “UU No 23 tahun 2002 pasal 1 angka 1″
Peralihan suatu wilayah dari remaja ke dewasa diperlukan seorang pembimbing (supervisor) yang berpengalaman atau lebih tepat disebut pemimpin yang ” father hand” agar dapat menjaga tumbuh kembangnya kabupaten remaja menjadi dewasa dan bertanggung secara Hukum..
Pesta demokrasi lima tahunan kabupaten Minahasa utara tinggal beberapa saat lagi. Hiruk pikuk roda politik nampak semakin cepat, timbul pertanyaan siapakah sosok terbaik yang akan terpilih menjadi pemimpin ….? Hadirnya tiga pasang calon (paslon) membuat wilayah yang dikenal sejuk, berubah panas.
Shintia Gelly Rumumpe dan Netty Agnes Pantouw (SGR-NAP) no urut 1 diusung Partai Nasdem dan PKB. SGR adalah putri dari Vonnie A Panambunan (VAP) Bupati Minut dan juga calon Gubernur Sulut. Hal ini perlu diwaspadai oleh rivalnya. Tak terbantahkan bahwa kharisma cinta “Lansia” VAP melekat kepada SGR dan juga tak terelakan para PLT Hukum Tua dapat dipastikan menunjang SGR.
Disisi lain Pnt Netty Agnes Pantouw (NAP)yang biasanya panen suara di wilayah kecamatan Dimembe dan kecamatan Talawaan dapat dipastikan “gagal panen”. Dalam pantauan penulis hal ini terjadi akibat dari kekecewaan pendukung kepada “Madona” mereka yang memiliki senioritas dan sejuta pengalaman hanya didudukan sebagai calon wakil bupati.
‘Joune Ganda dan Kevin William Lotulung (JG-KWL) no urut 2 diusung PDIP dan Partai Demokrat, PSI, dan Gerindra merupakan kandidat muda yang “Wahh cetar membahana” Joune Ganda (JG) diketahui sebagai seorang entrepreneur sukses.
Konon mantan menantu dari prof dr Boetje Moningka dan Pdt wisye Tirajoh STh ini, memilik banyak aset tempat wisata dan cotagge hampir dimana mana tempat ditambah dengan dukungan pemilih militan yang dikenal dengan sebutan “maju banteng”.
Kevin William Lotulung (KWL) memiliki “family power” KWL adalah anak dari Pnt Kaum ibu sinode GMIM Adriana Dondokambey yang juga sehari hari sebagai anggota DPR RI, Ketua PMI Sulut juga ponakan dari bendahara PDI-P Olly Dondokambey, Kevin sapaan akrab KWL dilengkapi dengan istri, putri dari Ketua Sinode GMIM Pdt DR Hein Arina.
Kehadiran Sompie Singal dan Joppi Lengkong (SS-JL) no urut 3 diusung Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional bagaikan “setetes embun dipadang pasir”. Mengapa tidak SS dikenal dengan sebagai pemimpin yang “Low profile” penuh dengan tegur sapa kepada orang yang berpapasan atau bertemu dengannya. SS juga dikenal sangat rajin berkunjung kerumah duka dengan tidak memandang strata manusia dan pasti hadir diacara suka apabila diundang. Hal ini berlangsung “constant” (tidak putus) walaupun SS sudah tidak menjabat. Disisi lain SS ditunjang oleh pemilih arus kuning yang eksis “berjemaah” dari generasi ke generasi. SS memiliki kekuatan “Kompas” si ” Selendang biru”yang tidak akan goyah dengan bom “money politic”
Didampingi oleh Jopie Lengkong (JL) yang juga merupakan “penatua kaum Bapa GMIM” Minahasa Utara dipastikan suara terbelah belah. Kedudukan JL sebagai wakil bupati yang terkesan “tersolimi” menuai simpatik dari sebagian pemilih dan keluarga hal ini menjadi tantangan bagi lawan lawannya.
Keberadaan paslon SS – JL bagaikan Syair Lagu Broery “AKU Jatuh Cinta”
Mana pernah kutahu…….jatuh cinta padamu
Jangan katakan
Bila hatimu tak sudi oh sayang
Janganlah benci
Di dalam hati ini sayang
Hanya wajahmu. (*)