Dinilai  Resahkan Warga  Pemerintah  Tindak Tegas,  Pemburu Harta Karun Pakai Ritual  ‘ Opo-Opo’ ,

ADA DUPA:  Lokasi yang  Diduga dijadikan  tempat ritual sebagai adat leluhur  lewat sesajian agar ada penampakan dimana titik disembunyikan harta karun . 

 

 

AMURANG- Pemerintah Kecamatan Tenga mendapat laporan masyarakat atas adanya dugaan ritual yang dilakukan masyarakat di lokasi perkebunan. Peristiwa yang meresahkan warga tersebut sudah berlangsung hampir sebulan lamanya ini membuat pemerintah Kecamatan Tenga, Forum Pimpinan Kecamatan (Forkompimcam) langsung menuju lokasi.

Dipimpin Camat Tenga Selvie Mandey SPd MM bersama Kapolsek Tenga IPTu Novie Maleke, Hukum Tua Tenga Ferol Pelle SH, Hukum Tua Tawaang Barat Recky Lantang, unsur TNI dan mantan hukum Tua Sapa Rita Pangkey serta sejumlah hukum tua lainnya di kecamatan Tenga, kemarin.

Lokasi yang dituju adalah perkebunan Wuluud ujung, wilayah Kepolisian Desa Pakuure Satu Kecamatan Tenga.

Menurut Kapolsek Tenga IPTU Novie Maleke, baik pemerintah desa, pemerintah kecamatan, TNI dan Polri menindaklanjuti akan laporan masyarakat. “Jadi memang ada aduan dari masyarakat kepada pemerintah bahkan juga kepada pihak kepolisian, dari aduan bahwa ada warga yang  melakukan ritual-ritual di hutan,” jelas Maleke, kemarin.

Dikatakannya, dasar aduan itulah pemerintah dan tim ke lokasi. Dan di lokasi ditemukan ada empat titik tempat yang dijadikan tempat menurut penjaga lokasi tempat ritual berdoa. “Kata orang menjaga di lokasi bahwa mereka hanya menjalankan adat budaya yang ada jadi sebelum melaksanakan segala sesuatu di lokasi untuk mencari Emas dan berlian dan lainnya harus minta ijin terlebih dahulu pada katanya penunggu tempat tersebut,” ungkap Kapolsek Maleke.

Dijelaskan lagi, dari hasil temuan di lokasi menurut warga mereka melakukan hal itu lantaran ada hal yang menyatakan bahwa di tempat tersebut tersembunyi emas dan berlian sejenis harta-harta lainnya. Sehingga mereka melakukan cara-cara seperti itu.

Di lokasi perkebunan itu lanjutnya, saat tim menuju lokasi siang hari hanya ada orang yang menjaga lokasi. Mulai dari Bolmong, Sapa dan desa-desa lainnya.

Sebagai langkah antisipasi, baik camat Tenga, TNI Polri langsung melarang Danya aktivitas seperti itu di lokasi. “Pemerintah sudah memasang tanda peringatan berupa baliho bahwa lokasi tersebut sedang dalam pengawasan,” tegasnya.

Lebih lanjut kata Maleke bersama dengan pemerintah kecamatan selanjutnya akan terus melakukan pengawasan secara mendalam akan aktivitas di lokasi itu. Apalagi sampai dikatakan adanya ritual-ritual lainnya yang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Negara Indonesia. “Pasti pemerintah dan TNI Polri akan mengambil sikap tegas jika ada hal-hal melanggar aturan,” tandasnya.

Camat Tenga Selvie Mandey SPd MM juga menegaskan jika pemerintah akan bertindak tegas. Bahkan secara cepat dari aduan masyarakat langsung meninjau lokasi.

“Atas dasar aduan warga kami melakukan peninjauan loksi,” kata Mandey dalam postinganya di media sosial. Bahkan secara bersama-sama kata Mandey, Pemerintah Kecamatan, Kapolsek, Danramil dan Hukum Tua se-Kecamatan Tenga menjadi perhatian akan aduan warga tersebut.

Namun  kata Mandey, langkah yang diambil pemerintah ketika meninjau langsung di lokasi adalah mengambil sikap tegas memberhentikan aktivitas di lokasi. Apalagi hasil temuan dan pengakuan bahwa mereka melakukan kegiatan untuk melestarikan budaya.

“Yang pemerintah lakukan adalah mencegah jangan sampai terjadi hal-hal yang nantinya membawa pada hal-hal lain. Apalagi yang datang sudah dari daerah lain. Jangan sampai lama kelamaan ketika dibiarkan akan terbentuk kelompok-kelompok lain lagi,” tandas Camat Mandey.

Makanya Mandey berharap masyarakat tidak terpengaruh dengan hal-hal yang menjanjikan sesuatu apalagi tidak ada kepastian.

Karena ternyata dari hasil terungkap bahwa mereka ingin mencari sesuatu di lokasi tersebut. Namun harus melakukan seperti ritual.

“Disitu ada tempat dupa, minyak, lampu diletakkan di tempat yang disebut tempat untuk ritual. “Hanya saja ketika tiba di lokasi kami tidak mendapati adanya ritual. Namun kami pemerintah mengambil sikap tegas menghentikan itu,” tandasnya.

Memang diakui warga yang ada di lokasi bahwa biasanya untuk melakukan hal-hal di lokasi dilakukan jelang malam hari. “Memang ada hari-hari tertentu dan jam tertentu mereka lakukan kegiatan mereka. Hanya saja pada saat di lokasi. Jadi tim akan lakukan investigasi lebih lanjut lagi,” tegas warga.

Lebih jauh Mandey mengungkapkan, ada informasi diperoleh bahwa ketika mereka selesai melakukan segala yang ada daun yang kelihatan seperti yang. Namun bisa berubah dan lain sebagainya.

“Yang pasti kami sudah mengambil sikap tegas menghentikan,” pungkas Mandey. (tim)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *