HATI YANG TAK TERGOYAHKAN

Penulis: Efraim Lengkong

(Waka KP Lansia GMIM Wilayah Malalayang Timur)

Abraham, hamba Allah yang setia, sepanjang perjalanan hidupnya bersama Tuhan.

Tapi kemudian Allah memerintahkan Abraham seperti diungkapkan di kitab Kejadian pasal 22 “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkan dia di sana sebagai korban bakaran” Kejadian 22:2 a. Ini merupakan permintaan yang mengejutkan karena Ishak adalah anak yang dijanjikan oleh Allah sendiri.

Bagaimana respon Abraham terhadap perintah ini?
Hati Abraham, penuh ketaatan, pagi hari berikutnya Abraham memulai perjalanannya dengan dua orang pembantunya, seekor keledai dan anaknya yang terkasih, Ishak, membawa serta setumpuk kayu bakar untuk membakar persembahan.
Untuk menunaikan perintah Allah, bagi kemuliaan Nya.

Kisah Abraham ini menjadi ‘cermin’ bagi kita orang Kristen yang mengaku anak Tuhan terkait bagaimana caranya untuk memuliakan Allah.
Keteguhan hati kita tidak boleh berubah.

Diketahui bahwa Abraham merupakan hamba Allah yang diberkati. Kejadian 13:2, “Abraham sangat kaya akan ternak, perak dan emas.” Namun, setidaknya sebagian dari kekayaan awal ini berasal dari Firaun karena kebohongan Abraham. Abram berpura-pura bahwa Sarai adalah saudara perempuannya, bukan istrinya, Kitab Suci mengatakan bahwa Firaun “memperlakukan Abram dengan baik demi dia; (“kecantikan Sara”) dan memberinya domba, lembu, keledai, hamba laki-laki dan perempuan, keledai betina, dan unta”. Allah membela Abraham, ketika Firaun mengetahui kebohongan Abraham melalui wabah penyakit di rumah Firaun, dia mengasingkannya secara paksa dengan pendampingan militer.

Di kemudian hari dalam hidupnya Abraham jatuh ke dalam kebohongan (integritas) yang sama tentang Sarah dengan Raja Abimelekh.
Tuhan memperingatkan raja dalam mimpi bahwa dia adalah istri Abraham, bukan saudara perempuannya. Kejadian 20:14-16 mengatakan Abimelekh menyuruh Abraham pergi dengan “domba, lembu, hamba laki-laki dan perempuan….seribu keping perak” dan pilihan tanah apa pun yang diinginkannya.

Christopher J. H. Wright (born 1947) a missiologist, an Anglican clergyman and an Old Testament scholar. Mengatakan tidak ada keraguan bahwa kekayaan Abraham ditentukan dalam konteks berkat Tuhan (Kejadian 12:1f). Ia menyimpulkan bahwa “sebenarnya ini adalah konteks pertama di mana kekayaan disebutkan dalam Alkitab, dan hubungannya yang kuat dengan berkat Tuhan terlihat jelas.”

Hal ini tidak diragukan lagi benar, meskipun belas kasihan dan tujuan Allah terus berlanjut meskipun Abraham berulang kali mengalami ketakutan dan kelemahan. Abraham telah berjuang untuk membawa kembali Lot dan bersedia mengorbankan putranya Ishak atas permintaan Tuhan, namun tidak selalu menjadi teladan ‘integritas’.

Kisah di dalam Perjanjian Lama mengenai Abraham merupakan dasar dari ajaran Perjanjian Baru terkait perihal penebusan. Tuhan Yesus menjadi korban persembahan di atas kayu salib untuk menebus dosa umat manusia.

Tanggung jawab orang Kristen: sebagai anak Tuhan yang sudah ditebus, yaitu tanggung jawab untuk mengajarkan seluruh kebenaran dan hati kokoh. Tidak mudah berubah, dan belajar mengurbankan kepentingan pribadi, jauh dari ketamakan dalam arti luas. Bukan hanya Injil yang disederhanakan atau khotbah yang sengaja di “plintir” dengan pengertian dan maksud tertentu.
Salah satu tanggung jawab orang Kristen di masa ini adalah, membagi berkat dan kesempatan kepada orang lain (kaderisasi) berjenjang.

Fenomena kehidupan dari oknun oknum-oknum orang Kristen, yang begitu cepatnya hatinya berubah.
Seperti: Ada orang yang tadinya menjalani hidup sederhana dan rendah hati, tapi ketika mendapat jabatan strategis, hatinya berubah menjadi begitu sombong setelah ia mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Ada orang yang tadinya kurang percaya diri dan merasa lemah, tetapi siapa sangka ia bisa menjadi seorang “diktator” kejam ketika berkuasa.
Hati manusianya, begitu gampang berubah.

Hal-hal seperti ini menjadi bukti petunjuk bahwa ia tidak rela kehilangan rasa nyaman maupun kekuasaan yang didapatnya selama ini.

Belajar dari perjalanan iman Abraham, walaupun dia sempat didera ketakutan dan kebimbangan dan mengalami “degradasi integritas” Namun hati Abraham tetap tidak tergoyahkan.
Abraham telah berjuang untuk membawa kembali Lot dan bersedia mengorbankan putranya Ishak atas permintaan Tuhan. Amin




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *