Penulis: efraim lengkong
Petinggi Partai: “Aku Telah Mendapatkan “Hikmah yang sangat berharga”.
Suatu sore jelang Hut RI ke 78 ada seorang “petinggi partai” berjalan bersama veteran tua dalam rangka melihat lihat persiapan HUT RI di kotanya
Disaat mereka melintasi Taman ia melihat ” ada seorang tua yang sementara membersihkan taman kota dan selokan (got).
Maka bertanyalah si petugas partai kepada veteran do you know him…?
Maka di jawablah, dulunya dia Lurah di sini, tapi karena dia “berwana lain” maka jabatannya di copot.
Kemudian si petinggi partai berkata kenapa dia masih tetap membersihkan Taman kota dan selokan, bukankah dia sudah di “pecat dan di ganti dengan orang yang sewarna dengan ku.”
Jawab veteran tidak kah tuan melihat bahwa apa yang dilakukannya merupakan tanggung jawab dirinya kepada Nusa dan Bangsa dalam mengisi Kemerdekaan, walaupun dia sudah dipecat tapi Marwah Kemerdekaan/persatuan/ kecintaan dan tanggung jawab kepada bangsa ini melekat erat pada dirinya.
Sang petinggi partai pun sadar bahwa telah terjadi kesalahan dalam sistim pengendalian “petugas” partainya.
Maka bertanyalah dia kepada veteran bagaimana caranya saya bisa berterima kasih kepadanya, apakah saya akan memangilnya dan memberikannya hadiah ?
Maka jawab veteran lihatlah ‘Jaket coklat keas’ yang di sematkan pada ujung pagar taman, saya yakin jaket coklat ‘keas’ keputihan tersebut miliknya.
Alangkah baiknya kalau bapak selaku petugas partai, memasukan uang kedalam saku jaket tua tersebut.
Maka dilakukannnya usul dari veteran.
Tak lama datanglah orang itu, dengan muka penuh peluh kelelahan menuju ke tempat dimana dia menggantungkan jaket tuanya.
Ketika ia memakai jaket tersebut, ia merasakan ada sesuatu yang di dalam saku jaketnya.
Saat diperiksa apa penyebabnya, Ia pun terkejut ternyata, ada uang didalam saku jaket usang miliknya.
Di pandangnya uang itu ber-ulang2 seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia pun menoleh kesemua penjuru namun ia tidak melihat seorang pun yang ada di dekat situ.
Maka dia pun langsung berjongkok dan berdoa sambil menangis berterimakasih kepada Tuhan. Sang petinggi partai kaya terharu melihat dari jauh pemandangan ketulusan itu, ia pun berkata : “Aku telah mendapatkan pelajaran/ hikmah yang tidak akan aku lupakan seumur hidupku.”
Dirgahayu RI ke 78, Terus melaju untuk Indonesia maju.(*)