#Efraim Lengkong
Wakil Ketua KPL GMIM Wilayah Malalayang Timur
MANADO, identitasnews.id – Jauh di dusun yang kecil, di situ rumahku Lama sudah kutinggalkan, aku rindu
Tahun-tahun telah berlalu, menambah rinduku._Nantikan kedatanganku, dusunku…
“Penggalan syair” lagu yang dilantunkan oleh Charles Hutagalung “the mercis band” membuat kerinduan orang-orang, untuk kembali ke titik awal dimana mereka berasal.
Kata “dusun” sinonim dengan, “kampung” atau pedalaman, yang bermakna udik.
Itulah sebabnya orang yang melakukan perjalan pulang kampung disebut “mudik atau pulkam” kata ini merupakan satu angitan atau karangan dari kultur Melayu, kata “udik” bermakna kampung.
Mengapa setiap orang, yang merantau jauh dan sekian lama tak kembali ke kampung halaman, acap kali tersengat rindu untuk segera pulang
Dalam tradisi Natal dan Tahun baru bagi orang “nasrani” bermakna fundamental tentang “pulang atau kembali” dengan berbagai “afleiding” derivasinya “back to hometown” atau “mawuri aki wanua” Tonsea, “mareng angdo’ong” Tontemboan pulang di kampung.
Hal ini tentunya dilakukan bagi mereka yang tahu asal-usul kampung asal oma – opa/kakek nenek mereka.
Kerinduan pulkam tak lepas dari gerak kepastian dimana seseorang menemukan dirinya tak jauh dari titik di mana ia berangkat.
Pulkam bukan hanya sebilah garis linear, tapi matriks kerinduan primordial yang mengandaikan momen Sang – Juruselamat dalam “menyelami” diri.
Disisi lain, di kampung halaman nun jauh disana, kehidupan demikian eksotik dan mekar: rumah-rumah dan pagar halaman dicet ulang, kursi dan sofa baru dipajang, lampu-lampu beraneka warni menghiasi gereja-gereja dan rumah, disetiap rumah tersedia makan kue nasi ja, kukis besar, kukis mentega ikan bulu tinoransak/babi rica/kinetor dan pangi, saut pisang turut menghiasi menyambut Sang Juru Selamat Dunia.
Semua berporos pada satu tujuan: menyambut Sang Juru Selamat dunia. Ada “simetris” kerinduan yang mengalir di sana, namun tak terucapkan.
Natal Yesus Kristus menjadi momen bagi kita untuk “keluar,” dari perbudakan keegoisan: “Citra, Prestise, Status, Mode, dan Gaya hidup, momen Natal jugaĺ memberi kesempatan bagi manusia untuk keluar dalam pusaran “money politic” yang merubah tatanan iman kita, iman gerejawi dijajah oleh kekuatan, politik, kekuasaan dunia yang membuat “moral manusia” tercerabut dari surga “paradiso” asali, kesucian primordial dan tercampak dalam “inferno” kegelapan dunia
Kerinduan manusia untuk pulang ke tempat asal dia berangkat” bermakna esensial pesan Alkitab : Lukas 2 : 10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa.
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud.
Lukas 2:11
Mudik bukan hanya sebatas pulang kampung tetapi “pulang” ke kampung asal Yang suci.” untuk “bertemu dan mengenali” kembali diri yang otentik, adalah pulang kampung yang sejati. (efraim lengkong)